Ditemukan, Detektor Tsunami yang Hilang
Ditemukan, Detektor Tsunami yang Hilang
Written by Redaksi
Sabtu, 25 Maret 2006
Laporan Wartawan JPNNEditor: Buchori M.
PADANG - Alat pendeteksi tsunami (tsunami buoy) yang sempat hilang Kamis lalu akhirnya ditemukan KRI Patimura yang ditugaskan khusus melacak benda tersebut. Tsunami buoy ditemukan pukul 15.20 WIB di perairan perbatasan Sumbar dan Riau. ”Lantaran di KRI Patimura tak memiliki alat pengangkat, tsunami buoy ditarik dulu ke Sibolga. Setelah sampai di Dermaga Sibolga, selanjutnya dinaikkan ke atas kapal untuk dibawa ke Padang," jelas Danlanal Teluk Bayur Kol (E) Munizar Munaf M.T., tadi malam. Alat pendeteksi tsunami yang dipasang di dua titik, Mentawai dan perairan Nias, beberapa waktu lalu, salah satunya dinyatakan hilang. Alat sumbangan negara Jerman itu tidak berada lagi di titik tempat pemasangan awalnya.Informasi tidak beradanya lagi alat itu dari posisi semula diketahui Danlanal setelah pihak Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) melaporkannya sekitar pukul 11.00 WIB kemarin. Alat itu sebenarnya belum dalam keadaan hilang karena masih terpantau. Namun, posisinya sudah bergeser cukup jauh dari titik pemasangannya, diperkirakan mencapai 30 mil laut. Untuk diketahui, tsunami buoy dipasang sebagai langkah antisipasi dan penanggulangan ancaman bahaya tsunami di kawasan Sumatera Bagian Barat. Ini dipasang atas kerja sama Kementerian Ristek dan delegasi Jerman, masing-masing dipasang di kawasan barat Pulau Pagai dan perbatasan antara Pulau Mentawai dengan Pulau Nias. Pemasangan tsunami buoy pertama dipasang di kawasan belakang Pulau Pagai dengan titik koordinat 3 derajat 42 menit LS dan 99 derajat 12 menit BT. Pemasangan alat tersebut ditempatkan pada kedalaman 5.291 meter dari permukaan laut. Tsunami buoy mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap gempa dan tsunami. Deteksi alat sensor tersebut dengan mudah akan ditangkap satelit dan satelit langsung memberikan sinyal ke alat yang ditempatkan di BMG. Dalam keadaan normal, tsunami buoy akan mengirimkan data ke stasiun penerima di darat secara berkala 3 jam, 6 jam, atau 24 jam. Tetapi pada saat terjadi tsunami, secara otomatis mengirimkan sinyal permukaan laut ke tsunami buoy setiap menit, dengan sampling rate 15 detik. Adanya perubahan elevasi muka air laut sebesar lebih dari 2,5 cm dan terekam pada 2 sampling bertutur-turut akan diindikasikan sebagai kejadian tsunami. (*)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home