Komponen Alat Pemantau Banjir Lahar di Merapi Dicuri
Komponen Alat Pemantau Banjir Lahar di Merapi Dicuri
Catatan; This is the second times I heard that early warning equipments are stolen from its places. Sad. Indonesia sad.
MAGELANG, KOMPAS - Sejumlah komponen dari tujuh alat pemantau pengendali banjir lahar dingin Gunung Merapi milik Balai Sabo, yang dipasang di sekitar wilayah Magelang, Jawa Tengah, baru-baru ini dicuri. Pencurian yang belum diketahui pelakunya itu mengakibatkan sistem peringatan ancaman banjir lahar dingin di sekitar wilayah Magelang tak dapat dijalankan.
Sutikno, peneliti dari Balai Sabo, Yogyakarta, saat dihubungi, Kamis (2/11), mengatakan pencurian tujuh komponen dari sejumlah alat pemantau banjir lahar dingin Gunung Merapi, sampai saat ini belum diketahui pelakunya.
Sejumlah komponen yang dicuri itu terdiri dari kabel-kabel dan beberapa batere yang berfungsi menjalankan alat-alat tersebut. “Kami pun tidak mengetahui, kapan komponen-komponen itu dicuri, karena dipasang di jalur-jalur luncuran lahar di bagian atas. Pencurian itu baru diketahui, setelah petugas kami memeriksa ke sana, dan ditemukan alat-alat itu sudah diobok-obok,” terangnya.
Pencurian tersebut mengakibatkan alat pemantau curah hujan dan alat pemantau luncuran dan ketinggian banjir lahar dingin, yang dipasang di sekitar sungai luncuran lahar dingin Gunung Merapi di Magelang itu, tak dapat berfungsi. Sejumlah komponen serupa milik Sabo Technical Center yang dipasang di sana juga ikut hilang.
Balai Sabo yang berwenang atas operasional alat-alat itu pun, menurut Sutikno, tak dapat lagi memberikan peringatan dini atas ancaman banjir lahar dingin kepada Pemerintah Kabupaten Magelang. “Hal ini sudah kami beritahukan kepada Pemkab Magelang. Dengan dicurinya komponen-komponen ini, kami tak dapat memberikan peringatan dini lagi,” jelasnya.
Sutikno menduga pencurian itu memiliki latar belakang sabotase. Selain sejumlah komponen yang dicuri itu memiliki spesifikasi yang tak dapat dipergunakan untuk alat lain, alat-alat tersebut juga berfungsi untuk kepentingan umum.
“Komponen dari alat-alat ini sangat spesifik. Seperti batere dan kabel-kabel yang dicuri itu tak bisa dipergunakan untuk alat lainnya. Makanya, saya menduga ini ada unsur sabotase. Sengaja merugikan masyarakat, karena alat ini kan untuk kepentingan umum,” jelasnya.
Meski pencurian tersebut mengakibatkan sistem peringatan dini atas banjir lahar dingin tak berfungsi, tapi tak menjadi beban bagi Pemkab Magelang.
Kepala Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Magelang, Edy Susanto, mengatakan meski tak ada pencurian itu, Pemkab Magelang pun tak pernah menerima peringatan dini terkait ancaman banjir lahar dingin.
“Saya saja yang menjadi anggota Satlak Bencana Alam di Magelang, tidak pernah memperoleh laporang ancaman lahar dingin. Selama ini, kami hanya mengandalkan ilmu titen (pengamatan sehari-hari terhadap alam sekitar) dari masyarakat,” jelasnya.
Pengamatan dari masyarakat itu, menurut Edy, yang selama ini menjadi acuan bagi Pemkab Magelang untuk mengambil tindakan. “Kalau masyarakat sudah melihat perubahan pada alam yang bisa menjadi ancaman banjir lahar dingin, kami langsung mengambil tindakan,” katanya. (MDN)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home