Wednesday, December 16, 2009

Opini - Climate-gate dan Anatomi Climate Change Skeptics

Tulisan ini merupakan versi lain dari tulisan Penulis di Kompas 17 Des 2009 - "Climategate" atau Pro-"Status Quo"?

Opini - Climate-gate dan Anatomi Climate Change Skeptics

Jonatan Lassa*

Berita tuduhan Climate-gate - hasil akses hackers atas email 160 megabytes dari Climate Research Unit (CRU) Universitas East Anglia di Inggris – tentang komunikasi persolan dua ahli langganan IPCC - perlahan namun pasti tersebar ke seluruh pelosok dunia. Disebut tuduhan Climate-gate karena kecurigaan yang diamplifikasi media – terutama media pro-status quo – bahwa terjadi manipulasi data penelitian untuk sekedar membenarkan klaim ilmiah tentang perubahan iklim akibat ulah manusia.
Surat 140 ilmuan dari berbagai latar belakang, termasuk beberapa ilmuan iklim dunia kepada Sekjen PBB Ban Ki Moon tertanggal 8 Desember 2009 menunjukan bahwa para ahli oposisi perubahan iklim mendapatkan angin segar. Tuduhan kepada IPCC adalah bahwa ilmu Perubahan Iklim merupakan penemuan negatif yang belum pasti benar.

Ditakuti tuduhan Climate-gate akan menurunkan legitimasi kebijakan penanganan perubahan iklim yang akan dibahas, terutama di Amerika Serikat dan Australia, di mana kesadaran publik atas perubahan iklim terbilang yang paling rendah di antara negara-negara industri. Semakin sulit membuat kebijakan iklim berbasis opini publik di kedua negara tersebut.

Anatomi Oposisi Ahli Perubahan Iklim

Pertanyaannya, bagaimana menghadapi ilmuan yang juga 100% yakin bahwa perubahan iklim yang terjadi saat ini bukanlah sebuah peristiwa antropogenic tetapi alamiah?
Anatomi kalangan oposisi yang skeptis perlu diurai. Sedikitnya terdapat tiga kelompok utama kaum skeptis. Pertama adalah pelaku utama industri bahan bakar fosil dunia yang berbasis di Amerika Serikat yang cenderung melakukan lobi politik partai pro status quo seperti Partai Republik. Dengan kekuatan keuangan mereka, persepsi publik dengan gampang dimanufaktur melalui media tentu dengan dukungan ”ahli piaraan.” Tentu ini teori konspirasi yang sering ditolak kelompok kedua.

Kelompok kedua adalah ilmuan independen yang tidak berafiliasi ataupun tidak didanai kelompok bisnis energi fosil raksasa maupun kelompok politik kanan. Kelompok ini dianggap sebagai pihak yang memiliki model tersendiri dalam memahami iklim. Ilum menjadi ilmu karena metodenya. Menghilangnya Salju Abadi di Kutup Utara yang berlangsung sangat cepat, tentunya menjadi bukti tersendiri yang dianggap cukup bagi sebagian orang di arena publik tapi tidak bagi ilmuan baik se-suku maupun beda suku keilmuan karena ragam model dan metode dalam menjelaskan fenomena.

Kelompok ketika bisa dikategorikan sebagai pro Bjorn Lomborg (penulis The Skeptical Environmentalists) adalah kelompok yang secara secara jujur mengakui terjadi perubahan iklim antropogenic tetapi berbeda secara radikal soal bagaimana menaganinya - khusus soal kebijakan versi Kyoto Protokol. Lomborg dengan dukungan beberapa penerima Nobel ekonomi menggagas Copenhagen Consensus tentang manfaat dan kerugian mekanisme kebijakan iklim Protokol Kyoto.

Tentu tanpa sikap skeptics pada derajat tertentu, manusia tidak mungkin maju dan ilmu tidak mungkin berkembang dan tiba pada “kemajuan” hari ini. Dalam ilmu bencana dalam 50 tahun terakhir, ketika jutaan manusia secara nyata menjadi korban, para ahli bencana masih terus berdebat apa itu bencana.

Climate-gate – Divergensi Bahasa

Bahasa dunia akademis cenderung tidak gampang dimengerti oleh publik bila konteks pemahaman berbahasa tidak dipegang. Hal ini harus dipahami para ahli maupun media dalam menterjemahkan dua dunia tersebut. Istilah engineering sering diterjemahkan sebagai rekayasa. Namun dalam ruang publik yang gampang dipolitisasi, rekayasa menjadi bermakna negatif. Hal yang sama berlaku pada tuduhan Climate-gate khususnya postingan email-email pribadi yang ditafsir secara out of context.

Yang menjadi sorotan adalah komunikasi email antara Prof. Phil Jones, kepala CRU dan Prof. Michael Mann, ahli palaeoclimatologist dari Pennsylvania State University. Contoh email yang paling disoroti adalah petikan email dari Prof. Jones kepada Prof. Mann yang berbunyi ”Saya baru saja menyelesaikan trik milik Mike di Nature dengan menambahkan suhu yang real pada tiap serial data untuk 20 tahun terakhir (yakni sejak 1981) dan sejak tahun 1961 punya Keith untuk menyembunyikan kecenderungan turunnya suhu)." Prof. Mann ke berbagai media menjelaskan bahwa istilah trik tersebut dimaksudkan sebagai sebuah tindakan cerdas. Sedangkan istilah ”menyembunyikan” dalam email tersebut berkaitan dengan keputusan untuk mengeluarkan data set tree ring yang menunjukan kecenderungan cooling dan tidak konsisten dengan data riil iklim lokal yang cenderung warming.

Yang jarang direfleksikan adalah bahwa dalam sains terdapat fenomena yang disebut ketidakpastian pengetahuan akibat mis-match berbagai versi model yang terus menerus disempurnakan dan berjalan seiring perkembangan teknologi informasi.
Pengetahuan tentang perubahan iklim sebagai sesuatu yang real merupakan hasil konsensus para ahli dunia IPCC dan bukan pekerjaan segelintir ilmuan yang terbuka kemungkinan khilaf. Legitimasi kebijakan publik berkaitan perubahan iklim merupakan sebuah kompromi positif dengan imperatif moral demi kemaslahatan umat manusia.

*.Kandidate PhD di Universitas Bonn, Alumnus University of East Anglia, UK. Co-editor Journal of NTT Studies.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home